Pantai Karang Taraje Cocok untuk Berbulan Madu

KARANG Taraje, sekitar 4 kilometer dari pusat kota Kecamatan Bayah, Kabupaten Lebak Provinsi Banten, Selain alamnya yang masih asri dengan pantainya yang bersih, masyarakat sekitar nya juga sangat familiar. Ketenangan dan kondisi lingkungan objek wisata ini cocok untuk dinikmati oleh mereka yang sedang berbulan madu.

TERAMAT banyak objek wisata laut dan pantai yang dapat dikunjungi di Provinsi Banten. Selama ini Pantai Carita, Anyer, dan Karang Bolong paling dikenal wisatawan domestik maupun mancanegara. Bahkan setiap akhir pekan, Pantai Carita dan Anyer menjadi salah satu tujuan utama masyarakat Jakarta, Bogor, Bekasi, dan sekitarnya untuk menghabiskan liburan akhir pekan. Alasannya, wisatawan tidak mendapatkan kenyamanan dan keasrian di objek wisata Pantai Ancol, selain itu tiket masuk maupun untuk bermain yang sangat mahal bagi masyarakat golongan menengah ke bawah.

Di antara objek wisata laut dan pantai di Banten tersebut salah satunya adalah Pantai Karang Taraje. "The Beach is full of rock like ladder. Situated on Bayah subdictrict, 4 km from the bus station on the street between Bayah-Cibareno," ungkap Normand (43) mengomentari lokasi objek wisata Pantai Karang Taraje.

Objek wisata Karang Taraje, lokasinya sekitar 4 kilometer dari pusat kota Kecamatan Bayah, Kabupaten Lebak. Untuk menjangkau lokasi, selain akses jalan yang cukup nyaman untuk dilalui, sejumlah angkutan dari terminal Bayah siap melayani sejak pagi hingga petang. Hanya dibutuhkan waktu tidak lebih dari 20 menit.

Selain alamnya yang masih asri dengan pantainya yang bersih, juga didukung masyarakat sekitar yang sangat familiar seperti masyarakat perdesaan Sunda pada umumnya. "Ini kelebihan dari objek wisata di Lebak, anak-anak maupun dewasa akan sangat senang diajak bicara mengenai daerah sekitar objek wisata. Bahkan terkadang kalau sedang tidak ada kegiatan rutin, mereka dengan senang hati mengantar," ujar Nono Cahyono (32) salah seorang petugas Jagawana Objek Wisata Banten.

Menurut Nono, di objek wisata Karang Taraje, wisatawan benar-benar dapat menikmati liburan yang sebenarnya. Mereka tidak perlu takut saat bersantai menikmati angin pantai dan suara deburan didatangi oleh pedagang. "Karenanya objek wisata sekitar Bayah ini menjadi pilihan mereka yang sedang berbulan madu," ungkap Nono menerangkan.

Mendatangi objek wisata Karang Taraje, bagi mereka yang memiliki hobi adventure maupun wisata bahari, mungkin akan sangat menyenangkan. Karena biayanya yang relatif sangat murah, terkadang saat masuk tidak dipungut biaya, makanan khas laut terhitung sangat murah, demikian pula halnya dengan penginapan berupa rumah warga yang disewakan.

Ada banyak peristiwa alam yang dapat dinikmati wisatawan sejak terbit matahari di ufuk timur hingga terbenam di barat dan malam menjelang. Sejak pagi kita akan disuguhi pulangnya hewan-hewan malam selepas mencari makan diikuti cahaya temaram matahari.

Hamparan karang sesekali terlihat di permukaan saat ombak kembali ke lautan. Semakin siang, puncak-puncak karang akan semakin jelas terlihat dan menyerupai trap atau undak-undak. Oleh karena itu, kawasan pantai sekitar 4 kilometer ini dinamai Karang Taraje.

Di antara sela-sela karang ini pula kita dapat menikmati langsung ikan-ikan laut kecil berenang. Bahkan terkadang banyak di antara wisatawan yang membawa alat pancing untuk sekadar menghabiskan waktu dengan memancing ikan.
Tidak jauh dari Pantai Karang Taraje di lepas pantai terlihat Pulau Manuk. Dikatakan Pulau Manuk karena di pulau tersebut sejumlah jenis burung (manuk) bersarang dan berkembang biak.

Untuk menuju Pulau Manuk wisatawan dapat meminta jasa tukang perahu dengan ongkos jalan Rp 50.000, 00 untuk sekali jalan dan Rp 100.000,00 untuk dua kali jalan (pulang pergi). "Kalau rombongan akan lebih murah, dengan mengeluarkan uang Rp 20.000,00 per orang sudah dapat sampai ke pulau (Manuk)," ujar Imam (30) salah seorang penjual jasa menyewakan perahu dan mengantar wisatawan ke Pulau Manuk.

Ada banyak kegiatan yang dapat dinikmati selama di Pulau Manuk. Selain dapat menikmati habitat binatang dan alam sekitar setelah mendapat izin dari petugas pengawas pulau, pasir pantai yang putih, serta air bening kebiru-biruan menantang kita untuk menikmatinya.

Kondisi pantai yang berpasir putih tanpa karang, landai dengan ombak yang tenang sangat aman untuk berenang maupun berselancar. "Dijamin waktu satu hari penuh di Pulau Manuk akan terlewati tanpa terasa," ujar Imam setengah berpromosi. Masih kurang puas menikmati keindahan Karang Taraje dan Pulau Manuk, tidak ada salahnya mengunjungi objek wisata Pantai Ciantir Sawarna, yang jaraknya sekitar 7 kilometer dari objek wisata Karang Taraje. Objek wisata Pantai Ciantir Sawarna menyuguhkan pemandangan yang tidak kalah menariknya.

Di ujung Pantai Ciantir terdapat tanjung yang menyerupai layar sehingga penduduk setempat menyebut lokasi itu Tanjung Layar. Pantai Ciantir masih tergolong perawan dan cukup menjanjikan untuk dikunjungi oleh mereka yang baru melangsungkan pernikahan. Seperti umumnya kawasan pantai, di objek wisata Pantai Ciantir banyak dijumpai karang-karang terjal dan juga gua-gua yang sangat menarik untuk dilongok. Kehadiran nelayan-nelayan tradisional yang menggunakan perahu-perahu kecil dengan layarnya juga merupakan suguhan yang sangat menarik untuk dinikmati.

Kalau masih belum puas dan kita masih memiliki waktu, masih ada sejumlah pantai yang dapat dikunjungi di Kab. Lebak. Ya, selain Karang Taraje dengan Pulau Manuknya serta Pantai Ciantir, juga ada objek wisata Pantai Bagedur dengan hamparan pasirnya yang sangat luas mencapai 7 kilometer, serta pantai dan muara Binuangeun.

Sekali lagi, kelebihan dari objek wisata laut dan pantai di Kabupaten Lebak, selain masih asri dan alamiah juga keramahan masyarakatnya. Di sini para wisatawan dapat menikmati aktivitas para nelayan mendaratkan hasil tangkapannya untuk dilelang, sedangkan di sepanjang pantai banyak tempat yang nyaman untuk beristirahat bersama keluarga. Jadi, cobalah untuk berkunjung.
* From Pikiran Rakyat*

Read More......

Jembatan Akar Bayang

Objek wisata ini terletak kurang lebih 88km ke arah Selatan dari kota Padang. Kira-kira +/- 5km sebelum Painan dari perjalanan Padang - Teluk Bayur - Painan, anda akan bertemu dengan pertigaan jalan menuju Jembatan Akar. Anda belok kiri di sini, dan mengikuti jalan kecil sepanjang +/- 18 km yang nantinya akan anda temukan sebuah sungai dengan lebar sekitar 30-35m yang bening, berarus deras namun amat menyejukkan di selingi dengan batu2 besar.

Diatas sungai inilah membentang sebuah jembatan yang terkenal sebagai salah satu objek wisata andalan Sumatera Barat, yang dinamai oleh penduduk setempat dengan nama Jambatan Aka (Jembatan Akar). Sesuai dengan namanya, jembatan ini terbuat dari akar-akar (aka) dua pohon yang berseberangan. Panjang jembatan sekitar 30 meter, lebar lantai satu meter, dan tinggi dinding pengaman kurang lebih satu meter. Ketinggiannya dari dasar sungai sekitar enam meter.Aneh bin ajaib, jembatan yang menghubungkan Desa Pulut-pulut dengan Desa Lubuak Silau ini tercipta bukan oleh teknologi mutakhir, tetapi oleh kepanjangakalan manusia dan proses alami. Kini umur Jembatan Akar itu lebih 90 tahun.

Menurut keterangan yang dihimpun Kompas, Jembatan Akar itu dirancang oleh Pakiah Sokan alias Angku Ketek bersama masyarakat Desa Pulut-pulut, tempat jembatan ini berada. Di Pesisirselatan, Pakiah Sokan adalah seorang yang berilmu tinggi dan sering memberikan pengajian. Terbit ide untuk membuat Jembatan Akar, setelah titian bambu yang biasa digunakan masyarakat, sering hancur dan diseret air bah bila Sungai Batang Bayang meluap. Bagi Pakiah Sokan, yang tiap harinya memberikan pengajian ke desa seberang (Lubuak Silau), meski jembatan tidak ada, aktivitas tetap bisa dijalankan. Karena dengan segala kepandaiannya, ia bisa berjalan di atas air.

Namun, bagi masyarakat awam hal ini tentu masalah. Terputusnya hubungan dua desa karena tiadanya jembatan. Suatu kali terpikir oleh Pakiah Sokan untuk menanam pohon beringin dan pohon asam kumbang, tak jauh dari titian bambu.Waktu terus berjalan, dari hari ke bulan, dan ke tahun serta seterusnya. Pohon beringin dan asam kumbang yang ditanam di masing-masing di pangkal titian bambu terus tumbuh dan berkembang. Akar-akarnya yang tak membumi karena tertahan bebatuan. Akar-akar itu bergelantungan, dimasukkan dan dililitkan pada titian bambu tadi.Tahun demi tahun akar-akar kedua pohon itu terus tumbuh dan berkembang, menjadi panjang, besar, dan lebat.

"Lima belas tahun kemudian atau tahun 1916 silam, lilitan-lilitan akar sudah tercipta bagaikan jembatan. Jembatan ini punya pantai dan dinding pengaman yang semakin baik dan kukuh," cerita seorang tetua di Desa Pulut-pulut.Sekarang, Jembatan Akar yang panjangnya sekitar 30 meter itu semakin kukuh dan kuat. Lantai dan dinding jembatan dipenuhi akar-akar yang rapat dan menyatu kuat, sebesar paha dan pangkal lengan orang dewasa. Jembatan itu tidak mudah goyah, bahkan sekalipun dilewati lima orang.

"Namun untuk pengamanan, agar Jembatan Akar itu tidak putus, kini dipasang tali penyangga yang terbuat dari baja. Dalam waktu dekat, lalu lintas masyarakat membawa hasil bumi yang selama ini memanfaatkan Jembatan Akar akan dialihkan ke jembatan gantung yang akan dibangun tidak jauh dari lokasi Jembatan Akar. Sedang keberadaan Jembakar Akar khusus untuk wisatawan," ungkap Bupati Darizal Basir.Secara terpisah, Kakanwil Depparpostel Sumbar, Drs Rusjdi, mengatakan, sebagai obyek wisata andalan Sumbar, prasarana dan sarana di Jembatan Akar terus dibenahi.

"Fasilitas umum di sekitar lokasi sudah hampir lengkap, antara lain mushala, toilet, tempat parkir dan pelindung," tuturnya. Tahap selanjutnya akan dibangun restoran, cottage, kedai cenderamata, dan warung telepon.Yang terasa kurang saat ini, barangkali hanyalah fasilitas untuk ganti pakaian karena toilet yang ada tidak memadai untuk itu. Wisatawan biasanya mandi di Batang Bayang, sekitar jembatan akar tersebut. Konon kabarnya, mereka yang mandi di sini bisa awet muda.

Read More......